BAB I
PENDAHULUAN
Penegasan Istilah
Untuk menjelaskan skripsi yang berjudul “Usaha
Guru Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Pada Siswa
di SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat”, maka perlu untuk merumuskan
penegasan istilah secara operasional dari judul tersebut. Hal itu
untuk mengantisipasi terjadinya
kesalahpahaman dalam penafsiran, maka
penulis perlu untuk memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
- Usaha
Usaha adalah kegiatan untuk mengerahkan tenaga,
pikiran, untuk mencapai suatu maksud.1
Yang dimaksud usaha di sini adalah suatu upaya atau ikhtiar yang
dilakukan oleh guru agama Islam untuk meningkatkan motivasi belajar
PAI pada siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat.
- Guru Agama Islam
Guru agama Islam adalah pendidik yang mempunyai
tanggung jawab sebagai guru agama dalam membentuk kepribadian anak
didik, serta mampu beribadah kepada Allah.2
Kaitannya dengan judul di atas adalah bahwa guru agama merupakan guru
yang mengajar dan mendidik siswa di sekolah pada mata pelajaran PAI.
- Meningkatkan
Meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf),
memperhebat (produksi), mempertinggi.3
Konsep operasional dalam penelitian skripsi ini
adalah meningkatkan yang berarti menumbuhkan dan mendorong minat
siswa untuk belajar.
- Motivasi
Motivasi berarti suatu tenaga (dorongan, kemauan)
dari dalam yang menyebabkan seseorang berbuat atau bertindak yang
mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak
dicapai.4
Motivasi disini maksudnya adalah suatu dorongan motif dalam diri
seseorang yang mana dengan motivasi tersebut akan menyebabkan aktif
dan merasakan ada kebutuhan dalam melakukan belajar, sehingga dengan
demikian proses belajar mengajar akan berhasil secara optimal. Dengan
kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka siswa yang belajar akan dapat melahirkan
prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
- Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dari hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu
belajar.5
- Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik dengan tujuan agar dapat
memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai way of life
(jalan kehidupan).6
Adapun yang di maksud dengan Pendidikan agama
Islam dalam penelitian ini adalah PAI yang dirumuskan pada kurikulum
untuk tingkat SLTP.
- Siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat
Siswa yang di maksud di sini adalah siswa atau
peserta didik yang bersekolah di SLTPN 3 Kuningan yang mana sekolah
ini adalah milik pemerintah di bawah instansi Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan yang berlokasi di Jl. Pramuka No. 104 Kel.
Purwawinangun Kec. Kuningan Jawa Barat.
Berdasarkan definisi operasional di atas, maka
maksud dari judul skripsi ini adalah sebagai suatu
penelitian lapangan tentang usaha yang dilakukan oleh guru agama
Islam dalam mempengaruhi minat dan kecenderungan belajar pandidikan
agama Islam pada siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat, sehingga dengan
adanya usaha guru dalam menumbuhkan motivasi belajar belajar ini
diharapkan prestasi siswa semakin meningkat.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses secara sadar dalam membentuk anak didik
untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun
rohani, dan proses ini merupakan usaha pendidik membimbing anak didik
dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.
Dalam pendidikan motivasi merupakan salah satu
faktor penunjang dalam menentukan intensitas usaha untuk belajar dan
juga dapat dipandang sebagai suatu usaha yang membawa anak didik ke
arah pengalaman belajar sehingga dapat menimbulkan tenaga dan
aktivitas siswa serta memusatkan perhatian siswa pada suatu waktu
tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi bukan saja
menggerakkan tingkah laku tetapi juga
dapat mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang mempunyai
motivasi dalam pembelajarannya akan menunjukkan minat, semangat dan
ketekunan yang tinggi dalam belajarnya, tanpa banyak bergantung
kepada guru.
Motivasi belajar adalah
faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas yaitu dalam hal menumbuhkan gairah
dalam belajar, merasa senang dan mempunyai semangat untuk belajar
sehingga proses belajar mengajar dapat berhasil secara optimal.7
Berdasarkan sumbernya, motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua
yaitu (1) motivasi intrinsik, yakni motivasi yang datang dari dalam
peserta didik; dan (2) motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang
datang dari lingkungan di luar diri peserta didik.
Dalam pengembangan pembelajaran pendidikan agama
Islam di sekolah perlu diupayakan bagaimana
agar dapat mempengaruhi dan menimbulkan motivasi intrinsik melalui
penataan metode pembelajaran yang dapat mendorong tumbuhnya motivasi
ekstrinsik dapat mendorong tumbuhnya motivasi belajar dalam diri
siswa. Sedangkan untuk menumbuhkan motivasi ekstrinsik dapat
diciptakan suasana lingkungan yang religius sehingga tumbuh motivasi
untuk mencapai tujuan PAI sebagaimana yang telah ditetapkan.8
Berkaitan dengan fungsi motivasi, S. nasution menjelaskan bahwa
motivasi dapat berfungsi sebagai:
- Mendorong manusia untuk berbuat sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
- Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
- Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan mengesampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.9
Memperhatikan fungsi motivasi yang sangat besar
faedahnya bagi siswa dalam proses pembelajaran, maka jelas fungsi
guru agama sebagai motivator sangat dibutuhkan, terlebih jika
dikaitkan dengan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah umum
khususnya SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat, dimana waktu yang digunakan
adalah sangat terbatas yaitu 2 X 45 menit dalam seminggu. Hal ini
menjadi kendala dan problem dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pendidikan agama Islam. Problem
lain yang terjadi bahwa siswa cenderung kurang berminat terhadap mata
pelajaran pendidikan agama Islam, disamping proses pembelajaran yang
kelihatan kurang maksimal diminati siswa, sehingga hasilnya tidak
sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
Anak didik adalah makhluk yang memiliki
kreatifitas dan serba aktif yang menuntut agar dalam pendidikan anak
benar-benar dibimbing dan diarahkan agar ia dengan sendirinya juga
menampakkan kreatifitasnya. Di dalam proses belajar mengajar anak
harus diperhatikan dan diposisikan sesuai dengan kemampuannya, serta
pendidikan hendaknya lebih bersifat menolong berkembangnya pikiran
kritis, tidak hanya berupa pemberian materi pelajaran yang tidak
memenuhi kepada apa yang dibutuhkan anak.10
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini peranan guru agama Islam
SLTPN 3 Kuningan besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan
pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan agama. Sebagai seorang
guru agama Islam, hal tersebut merupakan tantangan pertama dalam
menumbuhkan peningkatan minat dan motivasi belajar siswa terhadap
mata pelajaran agama serta membantu memecahkan kesulitan siswa
terutama dalam kegiatan kurikuler.
Tugas guru agama sebagai seorang pendidik tidak
hanya terbatas pada penyampaian materi/ pengetahuan agama kepada
siswa, tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab dalam membimbing dan
mengarahkan siswanya serta mengetahui keadaan siswa dengan kepekaan
untuk memperkirakan kebutuhan siswanya.
Oleh karena itu,
guru agama Islam dituntut tanggap terhadap berbagai kondisi dan
perkembangan yang mempengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola pikir siswa.
Hal ini dapat diupayakan dengan disertai wawasan tertulis serta
keterampilan bertindak, serta mengkaji
berbagai informasi dan keluhan mereka yang mungkin menimbulkan
keresahan.
Guru agama dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar juga di tuntut untuk menciptakan kondisi-kondisi kelas yang
menyenangkan (kondusif) yang dapat
mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar agama Islam dengan
sungguh-sungguh, baik itu di lingkungan yang bersifat formal maupun
secara luas belajar agama di lingkungan non formal secara mandiri. Di
samping itu, guru juga harus mempunyai
keterampilan dalam memotivasi siswa, karena
dengan adanya motivasi itu kosentrasi dan antusiasme siswa dalam
belajar dapat meningkat.
Sesungguhnya permasalahan di atas yang menjadi
kendala dalam usaha guru agama Islam dalam melaksanakan proses
belajar mengajar khususnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam
di SLTPN 3 Kuningan, walaupun sudah melaksanakan kegiatan-kegiatan
keagamaan seperti yang meliputi praktek shalat, tadarusan al-Qur`an
dan lain-lain. Dengan demikian, usaha guru
agama untuk menumbuhkan motivasi yang besar untuk belajar agama Islam
masih perlu untuk disempurnakan lagi.
Namun demikian, karena meningkatkan motivasi belajar agama Islam
bukanlah hal yang mudah, melainkan masih banyak problem-problem yang
dihadapi guru agama Islam, maka kreatifitas dan profesionalitas
guru-guru agama dan ketekunan serta keuletan dengan berbagai usaha
yang dapat mengantarkan pada tumbuhnya motivasi belajar agama dengan
baik.
Berdasarkan studi pendahuluan di atas, maka penelitian ini terfokus
pada usaha-usaha yang telah ditempuh oleh guru agama Islam di SLTPN
3 Kuningan dalam meningkatkan motivasi belajar di SLTPN 3 Kuningan
Jawa Barat.
Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana motivasi belajar PAI pada siswa di SLTPN 3 Kuningan?
- Bagaimana usaha yang ditempuh guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar PAI di SLTPN 3 Kuningan?
- Bagaimana hasil yang dicapai oleh guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar PAI di SLTPN 3 Kuningan?
Alasan Pemilihan Judul
- Memperhatikan bahwa motivasi merupakan daya yang sangat besar dalam menggerakkan siswa untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, yang ini akan bermanfaat bagi perkembangan siswa di SLTPN 3 Kuningan.
- Guru agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha- usaha peningkatan motivasi belajar PAI pada siswa di SLTPN 3 Kuningan.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- Tujuan Penelitian
- Mendeskripsikan motivasi belajar siswa pada bidang studi PAI di SLTPN 3 Kuningan.
- Mendeskripsikan usaha yang telah dilakukan guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar PAI pada siswa di SLTPN 3 Kuningan
- Mengungkapkan keberhasilan yang dicapai oleh guru agama Islam dalam upayanya meningkatkan motivasi belajar PAI pada siswa di SLTPN 3 Kuningan.
- Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk mengelola PAI khususnya yang berkenaan dengan pelaksanaan PAI di SLTPN 3 Kuningan.
- Berguna bagi guru agama Islam di SLTPN 3 Kuningan sebagai acuan pertimbangan dalam usahanya untuk meningkatkan motivasi belajar PAI pada siswa.
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SLTPN 3
Kuningan Jawa Barat, oleh karena itu penelitian ini digolongkan dalam
penelitian lapangan di mana yang menjadi obyeknya
adalah tentang motivasi siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat terhadap
mata pelajaran agama Islam.
2. Metode Penentuan Subyek
Metode penentuan subyek
sering disebut sebagai metode penentuan sumber data. Maksud dari
sumber data penelitian adalah subyek dari
mana data itu diperoleh.11
Subyek penelitian ini
adalah guru agama Islam dan siswa SLTPN 3 Kuningan, yang menekankan
obyek penelitian tentang motivasi belajar
siswa. Secara operasional, penelitian ini membutuhkan metode
penentuan subyek
yaitu teknik populasi dan teknik sampling.
Penentuan subyek dalam
penelitian ini yang berubungan dengan masalah motivasi belajar agama
Islam pada siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat yaitu:
a. Populasi
Penerapan populasi dilakukan pada kepala sekolah dan guru agama
Islam. Karena sesungguhnya mereka mempunyai kepentingan untuk
meningkatkan dan mengembangkan motivasi belajar pada siswa di
sekolah. Sedangkan untuk penerapan teknik sampling dilakukan pada
sebagian siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data adalah:
- Kepala sekolah SLTPN 3 Kuningan
- Guru agama Islam SLTPN 3 Kuningan
- Siswa SLTPN 3 Kuningan
- Teknik Sampling
Berdasar jumlah populasi siswa yang besar dan
berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu melihat bagaimana guru agama
Islam dalam meningkatkan motivasi belajar agama pada siswa di
sekolah, maka cara pengambilan penelitian ini menggunakan teknik
stratified random sampling, artinya pengambilan sampelnya adalah dari
populasi yang populasinya terdiri dari kelompok-kelompok yang
mempunyai susunan bertingkat.12
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat. Untuk mengambil sampel ini
Suharsimi berpendapat :
“Untuk sekedar ancar-ancar maka apabila
subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga
peneliti merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya
lebih besar dapat diambil 10-15% atau
15-20% atau lebih.”13
Berdasarkan pendapat Suharsimi di atas, penulis akan mengambil
sampel siswa kelas II dan kelas III yaitu 10 % dari 638 siswa yaitu
64 siswa.
- Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah
pendekatan psikologi pendidikan karena motivasi merupakan salah satu
dari faktor psikologis yang dapat memberi landasan dan kemudahan
dalam upaya mencapai tujuan belajar. Motivasi juga sangat erat
kaitannya dengan minat yang ada dalam keadaan psikis anak didik.
Peneliti akan membahas tentang motivasi belajar agama pada siswa di
SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat.
- Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang cukup dan jelas sesuai dengan permasalahan
penelitian, peneliti menggunakan metode pengumpulan data yaitu
meliputi:
- Metode Observasi
Metode observasi dalam pengumpulan dat dapat
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam objek yang akan diteliti
(diselidiki).14
Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk
mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini metode
observasi digunakan untuk mengumpulkan data antara lain:
- Mengamati kegiatan guru dan siswa, baik di dalam proses belajar mengajar maupun di luar kegiatan pembelajaran.
- Mengamati lokasi penelitian dan lingkungan yang sekitar SLTPN 3 Kuningan untuk mendapat data tentang gambaran umum lokasi penelitian.
- Mengamati sarana prasarana yang menunjang pada proses pembelajaran PAI serta hal-hal lain yang relevan dengan penelitian
ini.
- Metode Interview/ Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data
dan informasi yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematik dan dibandingkan dengan tujuan
penelitian.15
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang
sejarah berdirinya dan perkembangan sekolah serta untuk mendapatkan
informasi tentang usaha-usaha guru agama Islam dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah
kepala sekolah, kepala TU dan guru agama SLTPN 3 Kuningan.
- Metode Dokumentasi
Metode ini merupakan pengambilan data berdasarkan
dokumentasi yang dalam arti sempit berarti kumpulan data verbal dalam
bentuk tulisan.16
Penulis mengunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data tentang
letak geografis, jumlah guru dan karyawan, keadaan siswa dan keadaan
sarana prasarana.
- Metode Angket
Metode angket yang dimaksud disini adalah berupa
daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.17
Menurut Kuntjaraningrat, metode kuesioner
merupakan suatu daftar yang tertulis yang berisikan suatu rangkaian
pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam suatu bidang, dengan
demikian maka kuesioner yang dimaksudkan sebagai suatu daftar
pertanyaan untuk memperoleh jawaban dari responden (orang- orang yang
menjawab).18
Tujuan dari metode ini adalah untuk mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan persoalan tentang motivasi belajar siswa terhadap
mata pelajaran agama Islam dan mengetahui respon siswa terhadap upaya
guru agama dalam meningkatkan motivasi belajar di sekolah.
- Metode Analisa Data
Setelah data terkumpul, untuk selanjutnya data
tersebut diklasifikasikan dan dianalisis dengan menggunakan teknik
deskriptif
analitik, yaitu metode yang digunakan
untuk suatu data yang terkumpul, kemudian disusun, dijelaskan dan
dianalisa, karena data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan
kuantitatif, maka yang digunakan dalam menganalisis data adalah
metode analisis deskriptif kualitatif dan kuatitatif. Berdasarkan
data yang terkumpul baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif akan
dianalisis dengan menggunakan dua cara pendekatan yaitu:
a. Deskriptif
analitik non statistik, analisis ini menggunakan data yang bersifat
kualitatif yaitu data dianalisis dengan menggunakan metode
pembahasan:
- Induktif: yaitu cara berpikir dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang konkrit, kemudian ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. Metode ini dipakai untuk menganalisa data khusus yang mempunyai persamaan sehingga menjadi suatu kesimpulan.
- Deduktif: yaitu cara-cara berpikir untuk mengambil kesimpulan dengan berangkat dari hal atau peristiwa yang umum menuju pada hal yang khusus.19
b.
Metode Analisis kuantitatif, yaitu metode atau cara yang ditempuh
dalam rangka mengumpulkan, menyusun (mengatur), menganalisis dan
memberikan penafsiran terhadap sekumpulan bahan yang berupa angka.
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk angka statistik dengan
presentase melalui rumus sebagai berikut:
P =
%
Keterangan:
P = Angka prosentase
yang dicari
F = Frekuensi yang
sedang dicari prosentasenya
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/ banyaknya
individu)20
Metode ini digunakan setelah peneliti memperoleh data dari hasil
angket siswa. Data dalam angket tersebut akan diolah menjadi tabel
frekuensi dan angka-angka prosentase, yaitu dengan cara memberikan
penilaian pengukuran pada tiap soal atau jawaban angket. Hasil
prosentase dari jawaban angket tersebut akhirnya dapat memberikan
jawaban permasalahan dan deskripsi hasil usaha yang di capai yaitu
usaha guru agama dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada
bidang studi PAI.
Landasan Teori
- Tinjauan tentang Motivasi Belajar
- Pengertian Motivasi Belajar.
Keberhasilan suatu proses kegiatan belajar
mengajar bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual, tetapi juga
faktor-faktor yang non-intelektual, termasuk salah satunya ialah
motivasi.21
Dalam Islam kata motivasi lebih dikenal dengan istilah niat yaitu
dorongan yang tumbuh dalam hati manusia yang menggerakkan untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu dalam niat ada ketergantungan
antara niat dengan perbuatan, dalam arti jika niat baik maka imbasnya
juga baik dan sebaliknya.
Menurut W. S. Winkel motivasi belajar dapat
diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi
mencapai satu tujuan.22
Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik akan menunjukkkan hasil yang baik. Dengan
kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutrama didasari
adanya motivasi, maka seorang yang belajar itu akan mendapat prestasi
yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Crow dan Crow memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar sebagai
berikut:
“Belajar harus diberi motivasi dengan
berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu di
bangun dari minat yang telah
ada pada diri anak.”23
Menurut A. Tabrani, pada garis besarnya motivasi mengandung
nilai-nilai sebagai berikut:
- Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi sulit untuk berhasil.
- Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif dan minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
- Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai motivasi yang baik.
- Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas.
- Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas- asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi sangat esensial dalam proses belajar mengajar.24
Motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu :
1. Motivasi Intrinsik, yaitu kegiatan belajar dimulai dan
diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar siswa.
Motivasi ini tumbuh dari dalam diri anak sendiri oleh karena itu
motivasi ini sering di sebut motivasi murni atau motivasi yang
sebenarnya. Misal: siswa yang tekun belajar karena ingin memperoleh
ilmu pengetahuan.
Meskipun dalm motivasi instrinsik ini siswa mempunyai kemandirian
dalam belajar, tetapi guru tetap harus berusaha menjaga kondisi ini,
terutama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
- Motivasi Ekstrinsik, yaitu aktifitas belajar dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar sendiri. Misal: siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kalau berhasil baik. 25
Namun demikan, motivasi belajar yang bersifat eksternal ini tidak
selamanya tidak baik bagi siswa, tetapi tetap penting dan dibutuhkan
oleh siswa karena keadaan siswa yang dinamis dan tidak selalu stabil.
Di sini peranan guru sangat menentukan untuk memberi motivasi
sehingga timbul dorongan belajarnya atau bahkan meningkat dengan
adanya usaha guru tersebut.
- Motivasi belajar Agama Islam
Untuk mengetahui motivasi belajar PAI, terlebih dahulu penulis
sampaikan beberapa hal yang mendorong anak beragama. Hal ini untuk
memberi dalam menjelaskan motivasi belajar agama.
Dalam buku Pengalaman
Motivasi Beragama dikutipkan bahwa
setiap tingkah laku, termasuk tingkah laku beragama dipengaruhi 3
faktor :
- Faktor gerak atau dorongan secara spontan dan alamiah terjadi pada diri manusia.
- Faktor kekuatan manusia sebagai inti pusat kepribadian.
- Faktor situasi manusia atau lingkungan hidup.26
Namun demikian dalam buku tersebut ditegaskan
bahwa teori tingkah laku yang seperti diatas sepertinya sangat umum,
dan monistis sebab tidak ada tempat untuk konfrontasi dengan dunia
luar.27
Terlebih dalam kaitannya motivasi beragama sebab kenyataan orang yang
bertingkah laku agama banyak juga didasari oleh unsur hidayah
sehingga analisis psikologi dan sosiologi hanya sampai pada analisis
tingkah laku fungsional.
Selanjutnya untuk mengetahui beberapa motif yang mendasari kegiatan
belajar agama, penulis kitipkan beberapa pendapat ahli psikologi dan
pendidikan dibawah ini :
- Menurut Arden N. Fandsen menyebutkan bahwa yang mendorong belajar itu ialah :
- Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas
- Adanya sifat yang kreatif pada manusia yang selalu maju dan berkembang.
- Keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru dan teman-temannya.
- Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.
- Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika menguasai pelajaran
- Adanya ganjaran dan hukuman sebagai akhir dari belajar.
- Thorndike melihat hubungan motivasi dan law of effect, dalam hukum belajar tersebut pembuatan belajar diulangi karena :
- Interest, motivasi belajar karena tertarik akan pelajaran bagi diri.
- Significance, pelajaran itu berguna bagi diri.
- Improvement, tertarik pada usaha memperbaiki diri
- Problem attitude, karena mengalami problem dalam diri lalu ingin memperbaiki dengan jalan belajar.
Kalau pendapat para ahli di atas dikaitkan dengan motivasi belajar
agama, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa di antara yang dapat
sebagai motivasi belajar agama Islam :
- Belajar agama untuk memenuhi keinginan mendapat simpati orang tua.
- Belajar agama untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dasar.
- Belajar agama untuk memenuhi tuntutan jiwa mendapat rasa aman dan tentram.
- Belajar agama untuk memenuhi keinginan masyarakat dan kreatifitas yang ada pada diri.
- Belajar agama untuk mendapat ganjaran dan penghormatan.
- Belajar agama karena agam itu berguna.
- Belajar agama karena ingin kepribadian bertingkah laku secara agama.29
- Peranan Guru Agama Islam sebagai Motivator
Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting artinya dalam
rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan
belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan
memberikan dorongan reinforcement untuk mendinamisasikan potensi
siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreatifitas),
sehingga akan terjadinya dinamika dalam proses belajar mengajar. 30
Berkaitan dengan pentingnya guru sebagai motivator Drs. Slameto
Menjelaskan:
“Guru
hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media
belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi
lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar
anak. Melalui perannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu
mendorong anak untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan
melalui berbagai sumber dan media”.31
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa guru agama perlu meningkatkan
perannya sebagai motivator, yakni sebagai pendorong agar siswa
melakukan kegiatan belajar agama Islam, dengan menciptakan kondisi
kelas yang dapat merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar
agama, baik secara individual maupun secara kelompok.
Untuk dapat berperan sebagai motivator, guru agama harus memiliki
kemampuan tertentu, baik sebagai guru maupun sebagai
motivator, syarat yang harus dimiliki oleh guru
agama di antaranya adalah:
- Syarat formil : mempunyai ijazah PGA, sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki cacat yang menyolok, memiliki pengetahuan agama yang mendalam, bertaqwa dan berakhlak mulia, warga negara yang baik dan di angkat oleh pejabat yang berwenang.
- Syarat materiil : memiliki pengetahuan agama Islam secara luas, menguasai didaktik dan metodik, memiliki ilmu methodologi pengajaran, memiliki pengetahuan pelengkap terutama yang ada hubungannya dengan profesinya.
- Syarat non formil : mengamalkan ajaran agama, berkepribadian yang muslim, memiliki sikap demokratis, tenggang rasa, bersikap positif terhadap ilmu, disiplin. Berinisiatif dan kreatif, kritis, objektif, menghargai dan waktu serta produktif.32
Selain itu guru juga harus mempunyai kompetensi
sebagai berikut:
- Kompetensi dalam kepribadian, guru hendaknya mempunyai kepribadian keguruan dan mengembangkan terus sehingga dapat terampil dalam mengenal dan memahami potensi dan harkat tiap individu dalam membina situasi interaksi sosial guru, murid dan
dalam membina perasaan saling hormat menghormati dan bertanggung
jawab.
- Kompetensi atas penguasaan bahan pengajaran, yaitu penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi atas ilmu/ kecakapan yang akan diajarkan serta penguasaan atas bahan pendalaman aplikasi bidang studi.
- Kompetensi dalam cara mengajar, khususnya dalam merencanakan dan menyusun satuan pelajaran, menggunakan dan mengembangkan media pendidikan dan kemampuan dalam menggunakan metode sehingga menjadi efektif.33
Nana Sudjana menegaskan beberapa syarat yang harus dimiliki guru
dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang motivator belajar yaitu:
- Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan siswa agar kepatuhan dan kepercayaan pada guru tertanam pada siswa.
- Kaya akan berbagai bentuk dan jenis upaya untuk melakukan motivasi pada siswa baik yang bersifat intrinsik maupun yang bersifat ekstrinsik.
- Mempunyai perasaan humor yang positif dan normatif sehingga tetap disegani dan disenangi siswa.
- Menampilkan sosok kepribadian guru yang menjadi panutan siswa, baik dalam prilaku di kelas maupun di luar kelas.34
- Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Mengupayakan agar motivasi belajar siswa lebih meningkat sangat
penting artinya karena akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan
belajar mengajar. Tugas guru adalah memotivasi siswa untuk belajar,
demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Kegiatan belajar akan tercipta apabila motivasi
belajar yang ada di dalam diri siswa itu akan memperkuat ke arah
tingkah laku tertentu (belajar). Adapun motivasi dapat
ditumbuhkan dengan cara:
- Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya;
- Menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman yang lampau;
- Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses akan menimbulkan rasa puas.35
Guru juga dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa dapat
belajar dengan baik. Adapun cara yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain:
- Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa yang belajar untuk mencapai angka/ nilai baik dan untuk
itu berusaha segenap tenaga. Angka yang baik itu bagi mereka
merupakan motivasi yang kuat.
- Memberi hadiah/ reward
Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang
mempunyai harapan untuk memperolehnya.
- Menciptakan kompetisi
Kompetisi atau saingan baik kompetensi yang
bersifat individual maupun kelompok dapat
digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar siswa.
- Menunjukkan pentingnya tugas
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah
sebagai salah satu bentuk motivasi belajar yang cukup penting.
- Memberikan ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau
mengetahui akan ada ulangan,oleh karena itu memberi ulangan ini juga
merupakan sarana motivasi.
- Memberitahukan hasil yang telah dicapai
Pekerjaan yang segera diketahui hasilnya akan membawa pengaruh yang
besar bagi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, apalagi kalau
terjadi kemajuan, siswa akan bersemangat untuk belajar dengan harapan
hasil dari belajarnya akan terus meningkat dan berhasil dengan baik.
- Memberi pujian dan hukuman
Siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu di beri pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang
positif dan sekaligus motivasi yang baik.Dengan adanya pujian yang
diberikan secara tepat akan memupuk suasana belajar yang menyenangkan
dan menumbuhkan gairah belajar pada siswa.
- Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement
yang negatif kalau diberikan secara
tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru
harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
- Menumbuhkan hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada
motivasi untuk belajar, sehingga akan menjadikan hasil yang lebih
baik.
- Minat
Motivasi sangat erat kaitannya dengan unsur minat.
Motivasi muncul karena ada kebutuhan dan minat adalah merupakan alat
motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau
disertai minat.36
Guru juga dapat mengembangkan motivasi belajar pada siswa di dalam
kelas yaitu dengan cara:
a. Motivasi
tugas
Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang
ditetapkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Siswa yang memiliki
motivasi tugas menunjukkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi
dalam menyelesaikan tugas- tugas belajarnya.
b. Motivasi
aspirasi
Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur
kalau siswa memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat
meghancurkan aspirasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, konsep
yang harus ditanam oleh guru kepada siswa adalah bahwa kesuksesan
atau kegagalan itu ditentukan oleh sebuah
usaha bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.
c. Motivasi
afiliasi
Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk
melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, karena ingin
diterima dan diakui oleh orang lain. Dalam hal ini, guru di tuntut
untuk memberikan perhatian penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil
belajar yang ditampilkan oleh siswa.
d. Motivasi
penguatan
Motivasi ini dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar
siswa, memberikan komentar setiap kertas ulangan dan pemberian
penghargaan. Guru hendaknya menjauhi pemahaman bahwa pemberian angka/
nilai sebagai sumber utama dalam meningkatkan motivasi penguatan,
karena menitikberatkan pada pemberian angka dalam memotivasi belajar
siswa akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat di dalam kelas.
e. Motivasi yang
diarahkan oleh diri sendiri
Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat
berkesan dalam meningkatkan belajar siswa, karena siswa akan
menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar. Dengan demikian,
guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan
aktifitas belajar siswa.37
Dengan demikian, jelaslah bahwa banyak sekali cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hanya yang
penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang
bermakna.
- Tinjauan tentang Posisi Guru Agama Islam
Guru adalah merupakan salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam
usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Oleh karena itu, guru harus berperan aktif dalam
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.38
Menurut Zuhairini dkk guru agama Islam merupakan pendidik yang
mempunyai tanggung jawab dalam membentuk kepribadian Islam anak
didik, serta bertanggung jawab terhadap Allah Swt. Dia juga membagi
tugas guru agama Islam sebagai berikut:
- Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam
- Menanamkan keimanan dalam jiwa anak.
- Mendidik anak agar taat menjalankan agama.
- Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.39
Dengan mengambil pengertian diatas maka yang dimaksud guru agama
Islam adalah seorang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
pendidikan agama Islam dan pembentukan pribadi anak yang sesuai
dengan ajaran Islam dan juga bertanggung jawab terhadap Allah Swt.
Pekerjaan jabatan seorang guru agama Islam adalah luas yaitu untuk
membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari
siswa sesuai ajaran Islam.
Dalam buku CBSA, Nana Sudjana menyebutkan bahwa
tugas guru itu meliputi:
- Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan pengajaran. Dalam tugas itu guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan, teknis mengajar, menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan.
- Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
- Guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan antara pelaksanaan bidang pengajaran dan pelaksanaan pengajaran pada umumnya.40
Menurut Claife, guru adalah pemegang hak
otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pendidikan. Walaupun begitu guru tidak hanya memuaskan ilmu
pengetahuan pada siswa, tetapi juga melatih ketrampilan (ranah karsa)
dan menanamkan sikap serta nilai (ranah rasa) pada siswa. 41
Sehubungan dengan hal itu rangkaian tujuan dan hasil yang harus
dicapai guru adalah membangkitkan gairah belajar siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya ke arah
yang lebih maju dan positif. Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan PAI
yang mengandung pengertian bahwa proses PAI yang dilalui dan di alami
oleh siswa di sekolah di mulai dari tahapan kognisi, yakni
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan
afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai
agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya.
Tahapan afeksi ini erat kaitannya dengan kognisi, dalam
arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi
oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap nilai-nilai agama Islam,
melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh
motivasi dalam diri siswa.42
Dengan demikian, jelas bahwa posisi guru
agama dalam proses pembelajaran PAI, sangat berperan dalam
meningkatkan mutu pendidikan bagi siswa sehingga proses belajar
mengajar akan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
- Tinjauan tentang Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar PAI adalah merupakan
penilaian terhadap tingkat keberhasilan belajar siswa dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan agama Islam sebagaimana telah ditetapkan
GBPP pendidikan agama Islam. Dengan demikian,
baik siswa maupun guru agama Islam senantiasa meningkatkan
usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud. 43
Adapun fungsi dari evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut:
- Memberikan umpan balik(feed back)
Dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa dan dengan adanya
penilaian terhadap guru PAI, maka penilaian terhadap hasil belajar
siswa merupakan umpan balik yang sangat berharga.
Dengan hasil evaluasi yang diperoleh itu siswa mengoreksi dirinya,
baik dalam hal cara dan kesungguhan belajar maupun dalam hal waktu
yang seharusnya digunakan untuk belajar dan hasil yang dicapai.
- Menentukan hasil kemajuan belajar siswa
Evaluasi hasil belajar juga dapat memberikan gambaran tentang
keberhasilan siswa dalam semua aspek.
- Mengenal latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan siswa, terutama yang mengalami kesulitan belajar (diagnostik).44
Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi belajar diatas,
maka jelas bahwa salah tugas pokok seorang guru selain sebagai
motivator dan pembimbing, ia juga mempunyai tugas untuk mengevaluasi
taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Tujuan diadakannya evaluasi ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh
mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian
tujuan-tujuan kurikuler, dan untuk mengukur sampai di mana
efektifitas pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan belajar mengajar
serta metode mengajar PAI yang digunakan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa. 45
Menurut Muhaimin, kualitas proses belajar mengajar pendidikan agama
dapat di ukur dari hasil belajar yang di capai. Adapun hasil belajar
itu dapat diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi, dan dan
daya tarik. Keefektifan belajar dapat di ukur dengan kriteria
kecermatan penguasaan kemampuan, kecepatan kerja sebagai bentuk hasil
belajar dan kualitas hasil belajar. Sedang efisiensi belajar dapat di
ukur dengan rasio antara keefektifan dengan jumlah waktu yang
digunakan. Selanjutnya daya tarik dalam belajar biasanya di ukur
dengan mengamati kecenderungan siswa untuk berkeinginan terus
belajar.
Namun demikian, hasil suatu proses belajar mengajar PAI , tidak semua
berupa hasil nyata yang dapat di ukur langsung setelah kegiatan
belajar mengajar berakhir, terutam hasil belajar
pada ranah afektif
(sikap), seperti tumbuhnya kesadaran beragama yang mendalam sehingga
beragama menjadi kebutuhan hidupnya. Ranah afektif
merupakan hasil proses belajar mengajar pendidikan agama yang
terbentuk secara kumulatif dalam waktu yang relatif lam dan merupakan
integrasi dari hasil sejumlah perlakuan pembelajaran pendidikan
agama.46
Tinjauan Pustaka
Sehubungan dengan penelitian ini, ada beberapa skripsi yang membahas
tentang motivasi, diantaranya adalah:
Skripsi Hariza Adnani dengan judul
Upaya Guru Agama Islam dalam Meningkatkan motif Belajar Pada Peserta
Didik di SMAN 3 Ungaran Semarang.
Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 1995. Penelitian ini menekankan pada peningkatan
motif belajar yang diupayakan oleh guru agama, di mana minat dari
siswa SMAN 3 Ungaran ini sangat rendah dalam belajar PAI, karena
mereka seakan-akan dituntut untuk menyelasaikan materi-materi eksak
dan pelajaran umum, sehingga belajar PAI di sekolah hanya menjadi
sebuah formalitas saja.
Di samping itu, skripsi Zulaikhah dengan judul
Upaya Guru Dalam Memotivasi Belajar Bahasa Arab pada Siswa MTs
Mujahidin Ngadiluwuh Kediri.
Yogyakarta, Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1994.
Penelitian ini menekankan pada bagaimana usaha yang dilakukan oleh
guru bahasa Arab untuk menumbuhkan minat belajar dalam proses
pembelajaran bahasa Arab.
Selanjutnya Skripsi Nur`aini dengan judul
Motivasi Siswa dalam Belajar di Ponpes
Bahrul Ulum Krakasan Probolinggo.
Yogyakarta, Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,1999.
Penelitian ini menekankan pada motivasi siswa belajar di Ponpes
Bahrul Ulum Probolinggo, baik motivasi intrinsik maupun motivasi
ekstrinsik, serta usaha-usaha guru dalam menumbuhkan motivasi belajar
pada siswa.
Sedangkan judul penelitian Usaha
Guru Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Pada Siswa
SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat peneliti
menekankan pada usaha yang dilakukan oleh guru agama dalam
meningkatkan dan mengembangkan minat belajar PAI pada siswa SLTPN 3
Kuningan, sehingga diharapkan dengan adanya peningkatan motivasi
belajar terhadap mata pelajaran agama Islam, siswa akan terdorong
untuk lebih bergairah dalam mengikuti mata pelajaran agama dan siswa
juga akan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Sistematika Pembahasan
Untuk meudahkan dalam mengkaji dan mengkaji dan memahami secara
keseluruhan skripsi ini peneliti akan menguraikan tentang sistematika
pembahasan sebagai berikut:
- Bagian Pendahuluan
Bagian ini meliputi: halaman judul, halaman motto, kata pengantar,
daftar isi dan daftar tabel.
Bab I: Pendahuluan yang meliputi: penegasan judul, latar belakang
masalah, rumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka metode penelitian, landasan teori serta
sistematika pembahasan skripsi.
- Bagian Isi
Bagian isi meliputi:
Bab II yang berisi gambaran umum tentang SLTPN 3
Kuningan Jawa Barat yang terdiri atas letak geografis, sejarah
singkat berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan
siswa serta keadaan sarana prasarana.
Bab III yang meliputi kegiatan
guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar PAI pada siswa
di SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat yang terdiri atas: pembahasan
tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada bidang studi PAI,
motivasi belajar siswa pada bidang studi PAI, peningkatan
motivasi belajar siswa pada pada bidang studi PAI oleh guru agama
Islam, serta hasil upaya guru Agama Islam
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa SLTPN 3 Kuningan Jawa
Barat.
3. Bagian penutup
Bab ini adalah merupakan bab IV atau penutup yang terdiri dari:
kesimpulan, saran- saran, dan kata penutup. Pada bagian akhir juga
dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
========================================================================
BAB III
KEGIATAN
GURU AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PAI
PADA
SISWA SLTPN 3 KUNINGAN JAWA BARAT
Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam jiwa seseorang untuk
melakukan tindakan dengan sadar guna memenuhi satu kebutuhan atau
mencapai suatu tujuan sehingga besar sekali peranan motivasi dalam
upaya peningkatan pengembangan kegiatan belajar mengajar khususnya
bidang studi PAI bagi siswa SLTPN 3 Kuningan jawa Barat.
Mengingat bahwa peranan motivasi berlangsung terus-menerus
(continue), maka untuk mencapai tujuan dalam PAI, seorang guru
agama Islam dituntut untuk mampu mengarahkan dan membimbing para
siswa dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Artinya siswa belajar
PAI tidak hanya untuk meraih prestasi atau nilai saja, tetapi juga
untuk memenuhi kebutuhan rohani.
Selanjutnya pada bab ini penulis akan membahas tentang:
- Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar PAI Siswa SLTPN 3 Kuningan
- Motivasi Belajar PAI pada Siswa SLTPN 3 Kuningan
- Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Bidang Studi PAI oleh Guru Agama Islam
- Hasil Usaha Guru Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Bidang Studi PAI
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam
proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tentu harus di dukung
oleh beberapa hal seperti guru, materi, murid, sarana dan prasarana
serta lingkungan. Sehingga tanpa ada salah satu unsur pendukung
tersebut maka kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak akan
terselenggara secara optimal.
Kegiatan
belajar mengajar pada dasarnya adalah merupakan interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dengan siswa dalam situasi
pendidikan, yaitu ada unsur take and give (memberi dan
menerima), baik bagi guru maupun bagi siswa itu sendiri.
Proses
interaksi belajar mengajar pada prinsipnya sangat bergantung pada
guru dan siswa. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut
kesabaran, keuletan dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam
situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Demikian juga dari siswa
dituntut adanya semangat dan dorongan untuk belajar.
Untuk itu dalam sub bab ini akan dibahas sebagai berikut:
- Keadaan guru agama Islam
Dalam proses kegiatan belajar
mengajar, guru mempunyai kedudukan sebagai figur sentral, di tangan
para gurulah letak keberhasilan pencapaian tujuan belajar mengajar.
Guru dewasa ini berkembang sesuai
dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-
lebih dalam sistem sekolah
yang terus berkembang,
profesionalisme guru seperti pengetahuan, kecakapan, keterampilan
menjadi perhatian yang serius, karena bagaimanapun baiknya kurikulum,
administrasi dan kelengkapan fasilitas, tanpa diimbangi dengan
peningkatan kualitas guru- gurunya tidak akan mendapatkan hasil
sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas guru menjadi seorang tenaga pengajar yang professional
adalah unsur yang sangat penting untuk pembaruan dalm dunia
pendidikan.
Adapun dalam pembahasan mengenai
guru agama Islam di SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat akan disampaikan
tentang jumlah guru agama Islam, latar belakang pendidikan, kemampuan
dalam memotivasi, metode yang digunakan guru agama dalam mengajar
serta materi yang disampaikan.
- Jumlah guru PAI
Guru agama yang mengajar di SLTPN 3 Kuningan ada 2 orang yaitu:
- Arifuddin, S. Ag.
- Udin Syamsudin, S. Ag.
Untuk pembagian tugasnya yaitu bapak Arifuddin mengajar kelas I dan
kelas II sedangkan bapak Udin Syamsudin mengajar di kelas I dan kelas
III.47
Dalam dunia pendidikan, baik bapak Arifudin maupun bapak Syamsudin,
keduanya telah memiliki cukup pengalaman mengajar.
- Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan guru agama Islam, penulis bahas sebagai
salah satu aspek untuk melihat kompetensi guru agama Islam dalam
memotivasi belajar agama Islam karena penulis menganggap bahwa
kemampuan akademis yang dimiliki guru secara teoritis akan mewarnai
corak dan keberhasilan guru dalam menerapkan berbagai upaya dalam
meningkatkan motivasi belajar agama Islam pada siswa.
Anggapan ini berangkat dari keyakinan bahwa suatu pekerjaan itu akan
berhasil dan semakin efektif jika dikerjakan oleh orang yang memiliki
keahlian dalam pekerjaan tersebut.
Demikian halnya, peneliti juga
mendasarkan pada syarat-syarat yang di tentukan bagi seorang guru
yang secara khusus harus memiliki syarat formal dari pendidikan guru
bidang studi yang bersangkutan.
Mengenai latar belakang pendidikan, kedua guru agama Islam di SLTPN
3 Kuningan Jawa Barat ini adalah lulusan dari STAI Cigugur Kuningan
Jawa Barat. Dengan demikian, keduanya telah memenuhi salah satu
syarat akademis sebagai seorang guru agama Islam khususnya.48
- Kepribadian dan Pengetahuan
Kepribadian adalah merupakan salah satu yang harus di miliki guru,
terutama kepribadian yang baik, yang akan sangat berpengaruh dan
dapat menjadi suatu motivasi dalam proses belajar mengajar. Hal ini
karena dengan kepribadian yang baik berarti guru lebih memungkinkan
untuk mengupayakan motivasi belajar agama pada siswa.
Demikian pula, guru dalam memotivasi belajar agama di tuntut agar
memiliki pengetahuan yang luas terhadap pemahaman agama Islam. Dengan
demikian guru dapat memberikan materi pelajaran agama Islam mendasar
yang dapat dijadikan sebagai kunci utama yang digunakan oleh siswa
dalam mempelajari ilmu agama secara luas.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil observasi, guru
agama Islam di SLTPN 3 Kuningan ini selalu menunjukkan kepribadian
dan pengalaman yang cukup baik terutama di sekolah yang dapat
dijadikan contoh (suri tauladan).
Dengan adanya kepribadian yang abik dan pengetahuan yang luas yang
dimiliki oleh guru agama, akan lebih memungkinkan untuk mengupayakan
peningkatan motivasi belajar pada siswa.
- Kemampuan dalam memotivasi
Guru agama Islam sebagai seorang motivator hendaknya juga mengetahui
dan dapat memilih cara yang efektif untuk meningkatkan motivasi
belajar agama pada siswa. Dengan demikian guru akan mampu menerapkan
dan menentukan cara yang sesuai dengan perbedaan individual maupun
kejiwaan serta kebutuhan siswa.
Untuk mengetahui kemampuan guru agama di SLTPN 3 Kuningan dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari berbagai data
berikut hasil wawancara dengan guru agama yang bersangkutan
menunjukkan bahwa dalam upaya peningkatan motivasi belajar agama,
guru agama mengupayakan berbagai cara yaitu dengan memberi tugas
hafalan, menciptakan kondisi persaingan, dengan menumbuhkan minat
belajar melalui proses belajar siswa aktif (diskusi, tanya jawab dan
praktek ibadah). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru agama
Islam telah memiliki kemampuan dalam memotivasi siswa untuk giat
belajar agama.
- Siswa
Siswa di SLTPN 3 Kuningan
seluruhnya berjumlah 950 siswa, siswa yang beragama Islam seluruhnya
931 siswa, dan non Islam 19 orang. Dari jumlah 931 siswa yang
beragama Islam tersebut terbagi jumlah 21 kelas.
Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa yang beragama Islam mencapai 98 % dan siswa
yang beragama non Islam hanya 2 %.49
Adapun dalam kegiatan belajar mengajar PAI, siswa yang non muslim
dipersilahkan memilih untuk mengikuti proses pembelajaran atau
belajar sendiri diperpustakaan.
- Materi yang disampaikan
Mengenai materi PAI, dari hasil
wawancara, materi yang disampaikan adalah sesuai dengan kurikulum dan
buku yang dijadikan sebagai pegangan mengajar PAI untuk SLTP, baik
kelas l, ll, lll, diterbitkan oleh Depag RI dan buku penunjang yaitu
LKS yang berfungsi sebagai latihan bagi siswa.
- Metode
Metode yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah tergantung pada materi yang
disampaikan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam setiap
pokok ajaran yang disampaikan.
Metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru agama Islam di SLTPN 3 Kuningan telah
direncanakan dan diaplikasikan secara maksimal dalam proses belajar
mengajar di kelas. Namun demikian metode yang sering digunakan dalam
proses pembelajaran di sekolah adalah ceramah, tanya jawab, diskusi
dalam kelompok kecil dan penugasan.
Selain itu guru agama Islam juga
menggunakan metode yang sesuai dalam upaya peningkatan motivasi
belajar siswa yaitu dengan diadakannya kegiatan- kegiatan Islami.50
- Sarana prasarana
Sarana yang mendukung tercapainya
tujuan pendidikan agama Islam diantaranya adalah mushalla yang
berada di lingkungan sekolah yang berguna bagi siswa untuk mengenal
lebih jauh tentang fungsi mushalla sebagai sarana tempat beribadah.
Di samping itu sekolah juga menyediakan prasarana yang lain berupa
buku- buku walaupun belum lengkap yang berkaitan dengan pendidikan
agama Islam yang berguna sebagai penunjang bagi siswa dalam menambah
ilmu pengetahuan tentang agama Islam.51
- Lingkungan
Lokasi SLTPN 3 Kuningan yang
berdiri di jalan Pramuka Purwawinangun Kuningan ini berada di
lingkungan akademis dan dekat perumahan penduduk serta dekat dengan
pondok pesantren. Hal ini sangat berpengaruh karena daerah tersebut
aman dan nyaman sehingga mendukung proses belajar mengajar di
sekolah.
Motivasi Siswa dalam Belajar Agama Islam di SLTPN 3 Kuningan
Motivasi
adalah merupakan salah satu faktor penentu suatu keberhasilan dalam
mencapai suatu prestasi. Begitu juga dalam belajar, motivasi sangat
mendukung keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Berdasar
hasil wawancara dengan guru agama motivasi belajar siswa di SLTPN 3
Kuningan ini cukup baik, terbukti bahwa sebagian besar siswa cukup
antusias dalam mengikuti mata pelajaran agama Islam walaupun masih
ada siswa yang kurang memperhatikan guru ketika mengajar.52
Motivasi
dasar siswa belajar agama banyak dilatarbelakangi untuk menambah
pengetahuan tentang ajaran Islam, hal ini tampak pada pernyataan
dalam table di bawah ini:
TABEL V
Motivasi
Belajar Agama Islam Siswa
Item
|
Alternatif
Jawaban
|
F
|
%
|
8
|
|
15
4
0
45
|
23,4
6,2
0
70,3
|
|
Jumlah
|
64
|
100
|
Dari tabel di atas dapat
diketahui bahwa motivasi belajar agama Islam di SLTPN 3 Kuningan
cukup bagus, 70,3% siswa dalam belajar agama Islam bertujuan untuk
menambah pengetahuan tentang ajaran Islam, 23% bertujuan untuk
meningkatkan pengalaman dan memperbaiki diri dan 6,2% siswa yang
belajar PAI bertujuan untuk mendapat nilai bagus.
TABEL
VI
Motivasi
siswa mengikuti kegiatan
keagamaan
di sekolah
-
ItemAlternatif jawabanF%7a. Perintah gurub. Menambah pemahaman ajaran Islamc. Perintah orang tuad. Ikut- ikutan saja651709,479,710,90
Jumlah64100
Hasil angket diatas menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa (79,7%) dalam motivasi untuk mengikuti
kegiatan keagamaan di sekolah adalah untuk menambah pemahaman ajaran
Islam.
Selain itu sebagian besar siswa
memiliki buku pegangan masing-masing dalam proses belajar mengajar
PAI, walaupun tidak memiliki sendiri, seperti data melalui angket
pada jawaban item 10, sebanyak 50% siswa sudah memiliki buku sendiri,
35,9% memiliki tapi meminjam kakak kelas, 7,8% memiliki tapi meminjam
dari perpustakaan dan 6,3% tidak memiliki.
Adapun dalam belajar PAI,
berdasar pengamatan dan angket siswa, kebanyakan siswa merasa malas
belajar untuk belajar agama Islam kalau tidak ada ulangan,
sebagaimana tabel berikut ini:
TABEL VII
Perasaan
Malas Belajar PAI
-
ItemAlternatif JawabanF%6a. Tidak pernahb. kadang-kadangc. cukup seringd. sering12466018,8719,40Jumlah64100
Dari table di atas dapat di
ketahui bahwa siswa yang tidak pernah merasa malas belajar agama
Islam ada 18% dan yang menjawab kadang- kadang hampir 71% sedangkan
yang menjawab cukup sering ada 9, 4 % dan untuk yang menjawab sering
0%.
Peningkatan Motivasi belajar Agama pada Siswa
Tujuan Peningkatan Motivasi Belajar Agama pada Siswa
Maksud tujuan dalam usaha meningkatkan motivasi belajar agama adalah
rumusan yang telah ditetapkan sebagai gambaran yang jelas yang harus
di capai melalui usaha peningkatan motivasi belajar agama pada siswa
SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat. Rumusan ini merupakan garis ketentuan
maksimal yang seharusnya di capai oleh guru agama Islam dalam
aktifitasnya untuk memotivasi siswa agar lebih giat untuk belajar.
Berdasarkan wawancara dengan guru
agama, tujuan dari peningkatan motivasi belajar agama pada siswa ini
di antaranya adalah:
- Memberikan dorongan pada siswa untuk selalu menekuni pelajaran agama Islam baik di kelas maupun di luar sekolah
- Menciptakan manusia yang berakhlak mulia, jujur dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.53
Peranan Guru Agama dalam Peningkatan Motivasi Belajar agama Islam
Peranan guru agama dalam usaha memotivasi belajar siswa di SLTPN 3
Kuningan maksudnya adalah sejauh mana hak dan kewajiban serta tugas
apa yang harus dilaksanakan oleh guru sebagai motivator dalam
meningkatkan motivasi belajar pada siswa.
Kebijaksanaan untuk memotivasi
belajar adalah sepenuhnya diserahkan kepada guru agama jadi semua hal
yang berkaitan dengan usaha guru dalam meningkatkan motivasi belajar
agama baik perencanaan, pelaksanaan maupun penilaiannya menjadi
tanggung jawab penuh guru agama Islam.
Guru sebagai seorang motivator di
tuntut untuk kreatif, inovatif dan dapat mengikutsertakan peran aktif
siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, peran yang
dilakukan oleh guru agama dalam meningkatkan motivasi belajar
agama pada siswa dapat memberi
kesempatan pada guru untuk
memilih, menerapkan dan merencanakan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan guru dan kondisi psikologis siswa.
Upaya Guru dalam Peningkatan Motivasi Belajar Agama Islam pada Siswa
- Upaya Peningkatan Motivasi Belajar siswa di dalam Kelas (Kegiatan yang bersifat intrakurikuler)
Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah
yang mana waktu pelajarannya sudah ditentukan dalam struktur program.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang ingin di harapkan
dalam tiap-tiap mata pelajaran.
Dalam peningkatan motivasi belajar, khususnya bidang studi PAI, guru
sebagai motivator mempunyai cara- cara yang bertujuan untuk
menumbuhkan semangat belajar pada siswa. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru agama, cara-cara yang dilakukan oleh guru agama dalam
rangka meningkatkan motivasi belajar pada siswa diantaranya adalah:
- Menjelaskan tujuan yang hendak di capai dalam belajar agama Islam
Usaha ini dilakukan dengan cara guru senantiasa menjelaskan bagaimana
tujuan sesungguhnya belajar agama pada setiap mengajarkan agama,
sehingga dengan adanya penjelasan
mengenai tujuan belajar agama ini, diharapkan siswa akan mampu
merealisasikannya dalam kehidupan sehari- hari baik di kelas maupun
di luar kelas.
- Menumbuhkan Semangat Belajar Agama Islam
Adapun maksud dari menumbuhkan semangat belajar agama Islam di sini
adalah bagaimana siswa agar selalu mempunyai keinginan untuk belajar
agama.54
Ada beberapa cara yang dilakukan guru agama Islam di SLTPN 3 Kuningan
untuk menumbuhkan minat belajar agama yaitu:
- Dengan membangkitkan kebutuhan akan belajar agama, yang biasanya dengan menjelaskan tujuan dalam setiap mengajar dengan meyakinkan pada siswa akan pentingnya belajar agama bagi kehidupan.
- Dalam kegiatan belajar mengajar, guru mengadakan apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran yang telah lalu dan selanjutnya guru menjelaskan bagaimana kaitannya dengan pelajaran yang akan diajarkan cara ini sangat baik dilakukan dalam upaya menumbuhkan minat belajar, dengan demikian siswa akan lebih aktif untuk belajar agama.
- Dengan menggunakan metode mengajar yang variatif, maksudnya adalah bahwa dalam setiap mengajar seorang guru agama hendaknya tidak hanya menggunakan salah satu metode, karena hal ini akan membuat siswa merasa jenuh dan malas belajar. Guru harus menggunakan metode variatif, seperti ceramah kemudian diselingi tanya jawab untuk menegaskan apakah ada siswa yang kurang mengerti serta dapat di tambah dengan diskusi baik dengan kelompok kecil maupun besar. Dalam menumbuhkan motivasi belajar agama dengan cara-cara di atas akan banyak membantu dalam mengarahkan kecenderungan siswa untuk belajar agama, meskipun masih ada kesulitan yang dialami oleh guru dalam menghadapi siswa yang kurang memperhatikan dalam pelajaran.
- Memberi banyak ulangan dan tugas
Dalam pemberian motivasi belajar dengan cara pengadaan ulang dan
tugas ini adalah dimaksudkan agar siswa lebih giat lagi untuk
belajar, sebab siswa di tuntut untuk belajar dalam mempersiapkan
ulangan yang akan dihadapinya.
Guru agama Islam dalam menerapkan metode ini adalah dengan
menggunakan cara- cara sebagai berikut:
- Mengadakan evaluasi harian, baik itu berupa tugas maupun ulangan.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa mampu
memahami dan menguasai mata pelajaran agama yang telah disampaikan
oleh guru.
- Mengadakan evaluasi tengah semester.
Evaluasi ini adalah merupakan evaluasi yang telah di rencanakan
pihak sekolah dan bersifat serempak dilakukan oleh semua guru. Dengan
demikian tes ini dilakukan secara resmi sebagaimana evaluasi
semester, guru dituntut membuat rencana materi yang akan
dievaluasikan, dan dalam pelaksanaannya di bantu oleh guru lain yang
bertugas sebagai pengawas.
- Mengadakan evaluasi semesteran atau akhir tahun.
Pelaksanaan dari evaluasi akhir tahun ini sama dengan pelaksanaan
tes pertengahan semester.
- Meningkatkan kesadaran akan pentingnya belajar Agama
Hal ini dilakukan dalam mengupayakan penanaman kesadaran pada siswa
SLTPN 3 Kuningan tentang pentingnya belajar ilmu agama.
Dalam peningkatan kesadaran dalam belajar agama pada siswa, upaya-
upaya yang dilakukan oleh guru agama di SLTPN 3 Kuningan yaitu:
- Mengadakan praktek keagamaan, seperti; siswa secara langsung wudhu, yasinan dan tahlilan.
- Guru menjelaskan hikmah dari ajaran Islam pada setiap pelajaran dengan menghubungkan secara langsung dengan kebutuhan hidup di dunia dan pahalanya di akhirat.
Dengan demikian, diharapkan siswa akan lebih menyadari peranan
penting belajar agama untuk kehidupan dan menjadikan agama sebagai
pedoman hidup.
- Menunjukkan prestasi hasil belajar siswa
Dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa cara ini sangat
efektif dilakukan agar siswa dapat bersaing dalam melaksanakan
kegiatan belajar. Cara ini dilakukan dengan cara memberi nilai raport
pada siswa maupun memberi nilai prestasi dari hasil ulangan.
- Upaya peningkatan motivasi belajar agama melalui kegiatan ekstra kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam
kegiatan belajar mengajar yang mana kegiatan tersebut dilakukan di
sekolah maupun di luar sekolah, dengan tujuan untuk memperluas
pengertian siswa dalam masalah keagamaan dan juga masalah lainnya.
Dalam hal ini menyangkut hubungan antar berbagai mata pelajaran juga
minat dan semangat siswa untuk mengikutinya, terutama untuk membangun
manusia seutuhnya
Dalam meningkatkan motivasi belajar agama Islam pada siswa guru agama
di SLTPN 3 Kuningan juga menempuh cara dengan mengadakan kegiatan-
kegiatan keagamaan di luar jam sekolah. Dengan diadakannya kegiatan
keagamaan ini, selain untuk meningkatkan motivasi belajar juga
untuk menambah pengetahuan dan kesadaran pengalaman agama Islam.
Berdasar hasil wawancara, cara- cara yang dilakukan dalam peningkatan
motivasi belajar melalui kegiatan ekstra kurikuler adalah:
- Shalat berjama`ah
Kegiatan ini diadakan untuk mengembangkan salah satu materi PAI
yaitu materi tentang ibadah shalat. Hal pertama yang dilakukan oleh
guru agama dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
mengadakan shalat berjama`ah karena shalat merupakan ibadah yang
terpenting dalam ajaran Islam.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih dan membina siswa yang
kurang mampu mengerjakan shalat dengan baik dan benar. kegiatan ini
juga bertujuan agar siswa mampu menerapkannya dalam kegiatan
sehari-hari. Menurut guru agama, kegiatan shalat berjama`ah ini
selain shalat jum`at juga setiap hari terutama shalat dzuhur yang
dilaksanakan secara bergiliran setiap kelasnya. Shalat dzuhur
berjamaah ini di pimpin oleh salah seorang guru sebagai imam
sekaligus penceramah (kultum).
- Pengajian rutin hari Jum`at
Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap hari Jum`at pagi sebelum di
mulainya kegiatan belajar mengajar yaitu jam 06.30-07.15 dan wajib
diikuti oleh seluruh siswa dan guru SLTPN 3 Kuningan. Pengajian ini
biasanya berisi yasinan, tahlilan dan kajian-kajian Islami yang
bertujuan untuk pendalaman dalam pemahaman ajaran agama Islam pada
siswa.
- Pengajian dalam rangka memperingati hari besar Islam
Menurut wakil kepala sekolah dan guru agama di SLTPN 3 Kuningan
setiap hari besar Islam selalu diadakan pengajian terutama pada
peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw ataupun Isro Mi’raj. Di mana
selain ada pengajian juga diadakan kegiatan bermacam-macam lomba
seperti Qiro`ah, cerdas cermat, lomba azan, lomba pidato dan
sebagainya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memberi
bekal hidup bermasyarakat, untuk menambah wawasan keagamaan serta
memberi kesegaran belajar agama Islam pada siswa. Dengan adanya
kegiatan ini, diharapkan siswa akan terdorong untuk lebih giat
belajar dan mengamalkan ajaran Islam.
- Pesantren kilat pada bulan Ramadhan
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap setahun sekali pada bulan
ramadhan. Selain mata pelajaran agama Islam, kegiatan ini
juga berisi pengajian di mana setiap siswa diwajibkan merangkum
ceramah, serta adanya bimbingan baca tulis al- Qur`an dan
penyelenggaraan lomba- lomba.
- Pengumpulan zakat Fitrah
Zakat fitrah ini pengumpulannya di ambil dari siswa dan sebagai
pelaksananya adalah siswa itu sendiri dengan bimbingan dan pengawasan
guru agama. Adapun tujuan dari pengumpulan zakat fitrah yang
dilakukan di sekolah ini adalah untuk memupuk kesadaran siswa agar
selalu memperhatikan kaum lemah.55
6) Studi Islam Intensif (SII)
Studi Islam Intensif (SII) adalah suatu kegiatan keagamaan yang
diadakan oleh remaja masjid Syiarul Islam Kuningan dimana yang
menjadi sasarannya adalah para pelajar yang mana kegiatan ini
bertujuan untuk membekali para siswa dalam memahami ajaran Islam.
Guru agama Islam di SLTPN 3 kuningan pun melibatkan para siswanya
khususnya kelas 3 dianjurkan untuk mengikuti kegiatan ini.
Tanggapan Siswa Terhadap Upaya peningkatan Motivasi Belajar oleh Guru Agama
- Tanggapan siswa terhadap kondisi guru agama Islam
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sikap dan tanggapan
siswa terhadap guru agama yang mengajar di sekolah tersebut yaitu
dengan di lihat dari table di bawah ini:
TABEL VIII
Tanggapan siswa terhadap sikap
Guru dalam mengajar
-
ItemAlat jawabanF%1
a. Sangat baikb. Cukup baikc. Kurang baikd. Tidak baik11425017,2757,80
Jumlah64100
Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa tanggapan siswa terhadap
sikap guru dalam mengajar, hampir 75% siswa menjawab guru dalam
mengajar bersikap cukup baik, selebihnya 17,2% menjawab sangat baik
dan 7,8% menjawab kurang baik.
TABEL IX
Tanggapan
Siswa Terhadap
Faktor
Motivasi dari Guru
-
ItemAlternatif JawabanF%15
- Keteladanan dan Kewibawaan
- Kemurahan dalam nilai
- Ancaman dan hukuman
- Tidak ada
29082750012,539
Jumlah64100
Dari tabel di atas nampak bahwa
alternative jawaban yang di pilih kebanyakan siswa mengatakan bahwa
guru agama, karena keteladanan dan kewibawaan. Pernyataan ini
menggambarkan bahwa siswa mempunyai penilaian yang baik terhadap
guru.
- Tanggapan siswa terhadap cara meningkatkan motivasi belajar yang diterapkan guru agama Islam .
Tanggapan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana siswa
menanggapi dan menilai upaya yang di lakukan guru agama. Dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di SLTPN 3 Kuningan, untuk
mengetahui tanggapan tersebut dapat dilihat dari table sebagai
berikut:
TABEL X
Tanggapan
Siswa pada upaya guru
dalam
peningkatan motivasi belajar
-
ItemAlternatif jawabanF%2a. Selalub. Cukup seringc. Kadang-kadangd. Tidak pernah151429229,721,945,33,1
Jumlah64100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar agama, pada setiap berganti materi
pelajaran siswa
menjawab 45,3% guru kadang-kadang menjelaskan tujuan belajar agama,
pada 29,7% menjawab selalu menjelaskan dan 21,9% menjawab cukup
sering sedang yang menjawab tidak pernah ada 3,1%. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa guru dalam menjelaskan tujuan belajar agama
untuk setiap berganti pelajaran sebagai salah satu usaha guru dalam
meningkatkan motivasi belajar agama pada siswa masih belum optimal
karena hal tersebut sangat penting agar siswa memahami manfaat dari
belajar agama sehingga siswa dengan sendirinya akan memotivasi untuk
belajar agama Islam.
TABEL XI
Tanggapan siswa terhadap cara peningkatan
kegiatan belajar mengajar PAI
-
ItemAlternatif jawabanF%2
a. Menciptakan situasi persaingan di kelasb. Menunjukkan prestasi siswac. Memberi banyak ulangand. Memberi hadiah27298042,245,312,50
Jumlah64100
Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa cara yang di
lakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar PAI sebanyak 45,3%
siswa menjawab dengan menunjukkan prestasi siswa, dan 42,2% siswa
menjawab dengan menciptakan situasi persaingan di kelas, sedang 12,5%
menjawab dengan banyak memberi ulangan, dan yang menjawab dengan
memberi
hadiah 0%.
TABEL
XII
Tanggapan
Siswa terhadap upaya
motivasi
guru di sekolah
-
ItemAlternatif jawabanF%5
- Pengajian
- Tahlil
- Diskusi keagamaan
- Qiroah
221725034,426,639,10
Jumlah64100
Dari tabel di atas nampak bahwa
kegiatan keagamaan di sekolah yang menurut siswa dapat membantu
memotivasi belajar agama pada siswa adalah kegiatan diskusi keagamaan
dan pengajian yang banyak mendorong yakni 39,1% dan 34,4%.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh guru agama Islam pada
siswa baik kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler telah banyak
membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar agama Islam.
- Tanggapan Siswa terhadap fasilitas di Sekolah
Ini dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana tanggapan siswa terhadap fasilitas yang ada di sekolah yang
di gunakan untuk memotivasi belajar siswa. Berikut tabel tentang
fasilitas mendorong pengajaran di sekolah.
TABEL XIII
Tanggapan Siswa terhadap alat pengajaran
-
ItemAlternatif JawabanF%4a. Al Qur’anb. Petac. Rukuhd. Buku pegangan8005612,50087,5Jumlah100100
Dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa alat yang tersedia di SLTPN 3 Kuningan masih
terbatas, hampir 87,5% siswa mempunyai, sebab hanya buku pegangan dan
12, 5% al-Qur`an yang dijadikan sebagai media pembelajaran PAI.
- Tanggapan siswa terhadap Sosio kultural kelas
Tanggapan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penilaian siswa
terhadap sosio kultural keagamaan di sekolah, apakah telah mendorong
dalam belajar atau tidak di lihat dari tabel sebagai berikut:
TABEL XIV
Tanggapan
siswa terhadap kultur keagamaan
di SLTP 3
Kuningan
-
ItemAlternatif jawabanF%16
- Situasi dan kondisi keagamaan
- Kelengkapan sarana prasarana
- Kegiatan keagamaan
- Lingkungan Sekolah
140401021,9s062,515,6
Jumlah64100
Dari tabel diatas dapat di
simpulkan bahwa kultur kegiatan keagamaan di SLTPN 3 Kuningan telah
cukup mendorong motivasi belajar siswa, yakni dengan adanya
kegiatan keagamaan 62,5%, lingkungan Sekolah 15,6% dan Situasi dan
kondisi keagamaan 21,9%
Hasil Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Bidang Studi PAI .
Dengan mengetahui bagaimana
tanggapan siswa terhadap usaha guru agama yang telah ditempuh dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dijadikan sebagai tolok
ukur keberhasilan proses belajar mengajar pendidikan agama Islam.
Dari hasil Observasi maupun wawancara dapat disimpulkan bahwa usaha
guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya
pada bidang studi PAI cukup baik karena dipengaruhi dengan adanya
lingkungan yang baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya para siswi
yang mengenakan jilbab di sekolah dan cukup antusiasnya siswa dalam
mengikuti kegiatan- kegiatan keagamaan yang diadakan di luar jam mata
pelajaran sekolah. Namun upaya guru dalam meningkatkan motivasi
belajar agama pada siswa tidaklah cukup untuk mencapai keberhasilan
proses belajar mengajar yang maksimal, karena itu harus di dukung
oleh motivasi belajar dalam diri siswa itu sendiri (motivasi
intrinsik) yang kuat.
Kondisi motivasi belajar agama siswa di SLTPN 3 kuningan juga cukup
baik, karena sebagian besar siswa cukup antusias dalam mengikuti
mata pelajaran agama Islam walaupun masih ada sebagian siswa yang
tidak memperhatikan dan kurang meresapi materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru agama, hal ini mungkin terjadi karena sarana
dan penyediaan media pembelajaran khususnya pelajaran agama yang
belum maksimal sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa jenuh
terhadap mata pelajaran agama Islam.
Oleh karena itu, motivasi belajar siswa terutama pada bidang studi
pendidikan agama Islam khususnya oleh guru agama Islam perlu
ditingkatkan lagi, hal ini bertujuan untuk mencapai keberhasilan
proses belajar mengajar secara optimal dalam mewujudkan pembentukan
manusia muslim yang mampu mengamalkan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari- hari dan dapat dijadikan sebagai pedoman hidup (Way
of Life) sesuai dengan visi dan misi dari SLTPN 3 Kuningan itu
sendiri.
========================================================================
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasar pada uraian di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Keadaan motivasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama
Islam di SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat cukup baik, hal ini terbukti
bahwa siswa memiliki motifasi kuat mengikuti mata pelajaran agama
Islam, walaupun masih ada sebagian kecil siswa yang kurang
memperhatikan guru ketika menyampaikan materi pelajaran tersebut.
Usaha-usaha yang telah ditempuh oleh guru agama Islam SLTPN 3
Kuningan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang studi
pendidikan agama Islam diantaranya:
Mengadakan kegiatan intra kurikuler yaitu dengan cara:
Dengan menumbuhkan dan meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar agama Islam.
Dengan menumbuhkan semangat belajar agama Islam sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar dalam diri siswa baik di kelas maupun
di luar kelas.
Dengan mendorong siswa dan memberi kesempatan untuk ikut berperan
aktif dalam kegiatan belajar mengajar agama Islam.
Dengan menggunakan metode yang variatif yang dapat menciptakan
kondisi kelas yang aktif sehingga tercapainya tujuan proses belajar
mengajar.
Menumbuhkan kesadaran diri siswa akan penting dan manfaatnya
pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari di dunia maupun
kehidupan kelak di akhirat.
Mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan di luar jam pelajaran sekolah/
kegiatan ekstra kurikuler yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa seperti:
a. Yasinan, yang dilaksanakan setiap hari Jum`at sebelum kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
b. Peringatan hari-hari besar Islam seperti peringatan maulid Nabi
SAW atau isra` mi`raj dengan mendatangkan penceramah dari luar.
c. Shalat berjama`ah yang dilaksanakan setiap hari terutama shalat
dzuhur serta shalat jum`at di sekolah.
d. Studi Islam Intensif, kegiatan keagamaan kerjasama antara sekolah
dan remaja mesjid Syiarul Islam Kuningan ini dilaksanakan pada tiap
hari Minggu.
3. Hasil dari usaha guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar agama pada siswa baik, meliputi:
a. Ada peningkatan motivasi belajar agama pada siswa
b. Antusiasnya siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan
yang diadakan diluar jam mata pelajaran sekolah.
c. Banyaknya sisi yang memakai jilbab di sekolah.
Saran- saran
Bagi kepala sekolah
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan,
hendaknya lebih meningkatkan kerjasama terutama dengan guru, orang
tua wali dan masyarakat serta semua komponen yang ada di sekolah
sehingga kegiatan- kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien serta memudahkan dalam pencapaian tujuan
pendidikan yang maksimal.
Dalam upaya membentuk siswa yang berakhlak mulia, selalu maju dalam
prestasi dan terampil sesuai dengan visi SLTPN 3 Kuningan, hendaknya
ada sistem integrasi pembelajaran agama dalam semua mata pelajaran.
Dengan demikian semua guru akan lebih memiliki rasa tanggung jawab
dalam menanamkan nilai agama Islam.
Bagi guru agama Islam
Guru hendaknya memperlakukan siswa sesuai dengan perkembangan
psikologis siswa terutama dengan tingkat perkembangan jiwa dan agama
siswa.
Guru dalam membina kepribadian siswa hendaknya diikuti dengan contoh
atau teladan yang nyata dari guru (suri tauladan yang baik).
Guru hendaknya meningkatkan kompetensi profesional sebagai seorang
pengajar, sehingga akan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan dan siswa akan lebih termotivasi untuk lebih giat
belajar agama.
Guru hendaknya selalu membuat persiapan pengajaran, sehingga kegiatan
belajar mengajar dapat terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3.
Bagi Siswa
Hendaknya siswa lebih tekun lagi belajar, khususnya belajar agama
Islam, baik itu di sekolah maupun di luar sekolah. Karena agama
adalah merupakan bagian yang paling mendasar bagi manusia sebagai
pegangan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
4.
Bagi sekolah
Sekolah hendaknya melengkapi
sarana prasarana pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran
pendidikan agama Islam, karena dengan kelengkapan sarana prasarana
yang ada di sekolah akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan
motivasi belajarnya.
Penutup
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada sang Khalik yang
telah memberikan petunjuk, bimbingan dan pertolongan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kepada semua pihak yang terlibat, secara langsung maupun tidak
langsung membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, terutama Drs.
Moch. Fuad selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis ucapkan terima
kasih dan semoga mendapat ridha dan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini mempunyai banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak
sehingga penulis dapat memperbaiki kekurangan skripsi ini.
Semoga Allah SWT meridhai dan menerima amal perbuatan kita, Amin.
Yogyakarata, 13 Juni 2004
Penulis
(Lia Nur Fajar)
========================================================================
DAFTAR
PUSTAKA
Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, Tiara
Wacana, 1993
Abd. Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama Islam, Jakarta,
Bulan bintang, 1973
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta,
Rajawali, 1996
Depag RI, Pedoman Evaluasi PAI pada Sekolah Umum di SD,
SLTP, dan SLTA, Jakarta, Bimbaga Islam
I.L. Pasaribu, Proses Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito,
1983
Imam Barnadib, Dasar-Dasar Pendidikan Perbandingan,
Yogyakarta, Institut Press, IKIP Yogyakarta, 1988
Kuntcaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta,
Gramedia, Pustaka Utama, 1997
Moh. Zein, Metodologi Pengajaran
Agama, Yogyakarta, AK. Group, 1995
Nico Syukur, Pengalaman dan
Motivasi Beragama ,Yogyakarta, Kanisius, 1988
Tim penyusun Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, 1989
R. Ibrahim dan Nana S., Perencanaan Pengajaran, Jakarta,
Rienika Cipta, 19
Sardiman AM., Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Raja
Graffindo Persada, 1996
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta, Bina Aksara, 1988
S.Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung, Jemmars,
1986
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali,
1990
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis,
Jakarta, Rineka Cipta, 1991
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta, Yayasan
Penerbitan UGM,1989
W. S. Winkel, Psikologi
Pengajaran, Jakarta, Gramedia, 1996
Zakiah Darazat, Pembinaan Remaja,
Jakarta, Bulan Bintang, 1975
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya,
Usaha Nasional, 1983
BAB II
GAMBARAN
UMUM SLTPN 3 KUNINGAN
JAWA
BARAT
Letak Geografis
Letak sebuah sekolah sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan
belajar mengajar, karena hal ini dapat menciptakn suatu situasi dan
kondisi edukatif yang nyaman, aman dan tentram dengan prinsip
efisiensi dan efektifitas yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan
motivasi belajar pada siswa.
Adapun SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat ini secara geografis cukup
strategis karena selain lingkungan sekitarnya berdekatan dengan
lembaga pendidikan dan pesantren yang sangat kondusif untuk proses
kegiatan belajar mengajar juga mudah di jangkau oleh alat
transportasi sehingga memudahkan siswa untuk bersekolah di SLTPN 3
Kuningan.
SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat adalah merupakan salah satu sekolah
lanjutan pertama yang di kelola oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Sekolah ini terletak di Jl. Pramuka no.104 Kelurahan
Purwawinangun Kecamatan Kuningan Jawa Barat yang di bangun di atas
tanah seluas 5450 m dengan kondisi gedung yang sudah permanen
sehingga sangat nyaman untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Adapun batasan-batasan geografis SLTPN 3 Kuningan adalah sebagai
berikut:
- Sebelah barat berbatasan dengan SMU Bina Utama Kuningan
- Sebelah timur berbatasan dengan STKIP/ STIE Kuningan
- Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
- Sebelah utara berbatasan dengan SD Purwawinangun IV dan Ponpes Miftahul Falah.56
Sejarah Singkat Berdirinya
Pada awalnya SLTPN 3 Kuningan adalah merupakan sekolah menengah
ekonomi pertama (SMEP) Kuningan dengan jumlah ruanagn ada 9 ruang
dimana masing- masing kelas I sampai kelas III hanya ada 3 kelas.
Kemudian pada tanggal 1 april 1979 dengan SK menteri no. 030/ 4/979
berubah menjadi SLTPN 3 kuningan. Jadi sekolah ini adalah merupakan
integrasi dari SMEP, sehingga untuk lokasi bangunan pun memakai
gedung bekas SMEP, serta kepala sekolah pertama SLTPN 3 Kuningan ini
adalah mantan kepala sekolah ekonomi pertama yang bernama Didi S.
Sumantri, BA. hingga tahun 1986.57
A
31
dapun kepala-kepala sekolah yang pernah menjabat di SLTPN 3
Kuningan adalah:
- Didi S. Sumantri, BA : tahun 1967- 1986
- Drs. Iwas Sumantri : tahun 1986-1988
- Abbas, BA : tahun 1988- 1997
- Cibu, BA : tahun 1997- 1999
- Drs. E. S. Sudarso : tahun 1999- 2001
- Gari Mardiono, S.Pd. : tahun 2001-2003
- Drs. S. Setiawan, Bc.Ak.,M.Pd. : tahun 2003-sekarang58
Dari tahun ke tahun SLTPN 3 Kuningan mengalami perkembangan yang
pesat, hal ini terbukti dengan minat siswa untuk menuntut ilmu di
sekolah ini semakin meningkat. Hingga saat ini jumlah siswa di SLTPN
3 Kuningan mencapai 950 orang dengan jumlah guru 46 orang ditambah
staff TU 12 orang.
Tujuan Berdiri
Tujuan umum didirikannya SLTPN 3 Kuningan adalah sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang taqwa, terampil dan
bertanggung jawab.
Selain tujuan, SLTPN 3 Kuningan juga mempunyai visi dan misi yang di
kembangkan yaitu:
- Visi
Membentuk
insan yang berakhlak mulia, maju dalam prestasi, trampil dalam
berkarya.
- Misi
- Meningkatkan wawasan keagamaan melalui kegiatan keislaman dan ketaqwaan
- Meningkatkan prestasi melalui kegiatan belajar mengajar dan latihan secara intensif.
- Meningkatkan kelengkapan sarana prasarana yang menunjang terhadap kemajuan sekolah.
- Meningkatkan koordinasi / hubungan dengan masyarakat dan instansi yang terkait.
- Meningkatkan profesionalisme kerja guru melalui kegiatan formal dan non formal.59
Struktur Organisasi Sekolah
Sekolah merupakan wadah kegiatan masyarakat yang terdiri dari guru,
siswa dan karyawan yang perlu mengembangkan diri untuk berprestasi.
Oleh karena itu untuk memperlancar pelaksanaan dan menangani kegiatan
yang berlangsung dalam proses pengajaran, diperlukan struktur
organisasi yang tepat. Adapun struktur organisasi SLTPN 3 Kuningan
adalah sebagai berikut:
Struktur
Organisasi SLTPN 3 Kuningan
Kepala
Sekolah Sekolah Sekolah
Kepala TU
BP 3
WAKASEK
Kesiswaan
WAKASEK
Kurikulum
Dewan Guru
Wali Kelas ----- Guru Bid. Studi
Siswa
Kepala Sekolah : Drs. S. Setiawan, bc, Ak. M. Pd.
Wakil kepala Sekolah :
- Urusan Kesiswaan: R. Idih Supriadi
- Urusan Kurikulum: Rukmana M. Pd.
Kepala TU : Ibu Tuti
Tugas masing-masing komponen struktur organisasi SLTPN 3 Kuningan
adalah:
Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai tugas
sebagai pengelola, pemimpin, instruktur, pengawas, pembimbing dan
penanggung jawab utama terhadap seluruh pelaksanaan proses pendidikan
di sekolah dan pengajaran berdasar pada peraturan yang berlaku,
mengorganisasikan, mendorong kreatifitas, monitoring dan menyeleksi
semua kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan di SLTPN 3 Kuningan
Jawa Barat.
Wakasek bidang kurikulum
Wakil kepala sekolah bidang
kurikulum mempunyai tugas untuk menyusun program pengajaran,
pembagian tugas guru dan mengarahkan serta mengkoordinasi program
pengajaran.
Wakasek bidang kesiswaan
Wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan ini mempunyai tugas untuk menyusun program pembinaan
kesiswaan, melaksanakan bimbingan pengarahan dan pengendalian setiap
kegiatan siswa serta menyusun laporan kegiatan siswa secara rutin.
Kepala TU
Kepala TU bertugas merapikan
administrasi kepegawaian dan kesiswaan serta bertanggung jawab
terhadap ketertiban administrasi sekolah dengan di bantu staf TU
lainnya. Jumlah personal yang bertugas di TU ada 12 orang.
Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
Keadaan guru dan karyawan
Salah satu faktor yang sangat
menentukan bagi keberhasilan proses pembelajaran dalam sebuah lembaga
adalah keberadaan guru, karena tanpa adanya guru kegiatan belajar
mengajar di sekolah tidak akan mencapai tujuannya. Guru mempunyai
tugas yang sangat penting dalam proses kegiatan belajar mengajar,
karena di tangan guru sebagian besar tujuan dan harapan kemajuan
siswa.
SLTPN 3 Kuningan mempunyai guru
sebanyak 46 orang. Di antara 46 orang yang bertugas di SLTPN 3
Kuningan, terdapat dua orang guru agama Islam yaitu:
- Udin Syamsudin, S. Ag. dan
- Arifudin, S.Ag.
Kedua guru agama tersebut adalah
alumni-alumni Fakultas Tarbiyah STAI Cigugur Kuningan Jawa Barat,
salah satu kompetensi (kompetensi professional) yang disyaratkan
untuk menjadi seorang guru telah terpenuhi dengan latar belakang
akademik kedua orang guru agama Islam tersebut.60
Dari data di atas maka dapat
disimpulkan bahwa guru-guru yang ada di SLTPN 3 Kuningan antara
professional dan akademis dengan tugas mengajar sudah cukup sesuai.
Adapun pembagian status sebagai guru ada dua yaitu:
- Guru Tetap
Guru tetap adalah guru yang di
angkat secara resmi dan mendapat SK dari pemerintah., mempunyai NIP
dari departemen pendidikan dan kebudayaan atau dari Depag serta
ditugaskan mengajar di SLTPN 3 Kuningan Jawa barat.
- Guru Bantu Sekolah
Guru bantu sekolah adalah guru
yang di angkat oleh yang kepala sekolah bersangkutan atas persetujuan
departemen pendidikan dan kebudayaan atau tingkat kabupaten sebagai
tenaga honorer sehingga tidak ber-NIP, gaji dan golongan diperoleh
dari sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan yang di maksud karyawan
di sini adalah orang yang mempunyai peranan penting dalam rangka ikut
mensukseskan tercapainya kegiatan pembelajaran di sebuah lembaga
pendidikan. Oleh karena itu keberadaannya perlu mendapat perhatian
besar.
Untuk lebih jelasnya, berikut
penulis sajikan tabel mengenai daftar nama mengenai guru dan
keadaan karyawan:
TABEL I
Daftar Nama
Guru dan Mata Pelajaran
di SLTPN 3
Kuningan
-
NONAMA GURUMATA PELAJARAN01Drs. Iwan Setiawan, Bc.Ak, M.PdKepala Sekolah02R. Idih SupriadiWakil Kepala Sekolah/B.K03M. AbbasKarawitan04SuwarnoGeografi05Sutarma, S.SpdBiologi06Udin Syamsudi, S.AgAgama07Eed JunaidiMatematika08Rukama, Amp.PdWaka.Sek/B.K09MartutiningsihBahasa Inggris10RohanahMatematika11Tati R, S.PdBahasa Indonesia12Hj. Atin T, B.ABahasa Inggris13Manan RFisika14Eli UkaliyahBahasa Indonesia15Yati Rohyati, Amp.PdSejarah16Bambang, S.PdB.K17Arifuddin, S.AgAgama18Lili H, S.PdBahasa Inggris19Tuti S, S.PdBahasa Indonesia20Susilowati, S.SpdBiologi21Abdul Hais, S.PdPen Jas Kes22Dian R, S.PdKTK23Asep S, S.PdEkonomi24Tuti Suparti, S.PdFisika25Yayah S, S.PdFisika26Saehonah, Amp.PdBahasa Indonesia27Yayan RPembukuan28Rahayu, Amp.PdPen Jas Kes29N Maemunah, Amp.PdGeografi30Aah A, S.PdBahasa Inggris31Aan Suhanah, Amp.PdBahasa Indonesia32Uum PurwaningsihPPKN33Yoyoh K, Amp.PdBahasa Indonesia34Nurhasanah, Amp.PdMatematika35Lina S, Amp.PdMatematika36Yayat M, Amp.PdPPKN37Nina K, S.PdMatematika38Bartolomeus, Amp.PdBiologi39Haeruddin, S.PdSejarah/ Bahasa Inggris40Ratna Ningrum, S.PdKarawawitan41Nur Siti Dian, S.PdKTK42Warno, B.ABahasa Indonesia43Yiyi KhoiriyahPembukuan44Iin HerlinaEkonomi45Suryatiningsih, S.PdB.K46Imas P, S.PdBahasa Indonesia
TABEL II
Keadaan
Guru dan Karyawan
SLTPN 3
Kuningan
Ijazah
|
Jumlah
|
Pegawai
|
Jumlah
|
Sarjana
|
23
|
Guru tetap
|
43
|
Sarjana Muda
|
12
|
GBS
|
3
|
D2
|
3
|
TU tetap
|
5
|
D1
|
8
|
TU tidak Tetap
|
5
|
SLTA
|
6
|
TU Kontrak
|
5
|
SLTP
|
1
|
Lain-lain
|
|
SMK
|
4
|
|
|
SD
|
1
|
|
|
Keadaan Siswa SLTPN 3 Kuningan
Siswa merupakan subyek didik yang
perlu dipahami dan dipertimbangkan dalam kebijaksanaan proses
belajar mengajar. Potensi dan tingkat motivasi dalam belajar akan
sangat menentukan proses pelaksanaan dan keberhasilan pendidikan.
Pada umumnya siswa SLTPN 3 Kuningan berasal dari sekolah dasar.
Secara keseluruhan siswa SLTPN 3 Kuningan berjumlah 950 siswa, yang
terdiri dari 477 putra dan 473 putri.61
Untuk lebih jelasnya, secara rinci dapat di lihat pada tabel di
bawah ini:
TABEL III
Jumlah
Siswa Menurut Tingkatan Kelas
No
|
Tingkat
|
Jumlah
|
1.
|
Kelas I
|
312
|
2.
|
Kelas II
|
327
|
3.
|
Kelas III
|
311
|
Jumlah
|
950
|
TABEL IV
Keadaan
Siswa SLTPN 3 Kuningan
Th. Ajaran
2003/ 2004 Menurut Agama
-
NoKelasAgamaJumlahIslamKristenKatolikHinduBuddha1.I3092--13122.II31485--3273.III30821--311Jumlah931126-1950
Adapun
aktifitas atau kegiatan siswa selain kegiatan yang bersifat kurikuler
juga ada kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler baik yang umum
maupun kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin seminggu sekali,
shalat berjama`ah, peringatan hari besar Islam di sertai lomba- lomba
dan lain- lain.
Keadaan sarana dan prasarana
Dalam kegiatan belajar mengajar, sangatlah diperlukan adanya sarana
dan prasarana yang memadai, hal ini berguna untuk mempermudah usaha
atau memperlancar terlaksananya proses pendidikan dalam kegiatan
belajar mengajar yang lebih baik sehingga tercapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Adapun sarana dan prasarana yang
ada di SLTPN 3 Kuningan adalah sebagai berikut:
- 1 Ruang kepala sekolah
- 16 Ruang kelas
- 2 Ruang guru
- 1 Ruang UKS
- 1 Ruang Laboratorium
- 1 Ruang BP/BK
- 1 Ruang OSIS
- 1 Perpustakaan
- 1 Musholla
- 1 Ruang ketrampilan
- 1 Ruang Koperasi
- 3 ruang kamar mandi/ WC62
4.
Keadaan Sosial keagamaan di sekolah
Pelaksanaan PAI dan suasana kehidupan keberagamaan siswa di SLTPN 3
Kuningan Jawa Barat berjalan baik.Hal ini di dukung dengan adanya
mushala yang selain dapat dijadikan sebagai sarana ibadah juga
berfungsi sebagai sarana ukhuwah Islamiah antara sesama siswa dan
guru serta karyawan lainnya dengan diadakannya kegiatan- kegiatan
keagamaan.
Pergaulan antara siswa yang beragama Islam dengan siswa yang beragama
non muslim pun cukup baik, mereka saling menghormati dan toleransi
satu sama lain serta tidak membeda- bedakan dalam bergaul.
1
W.J.S. Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka,1992) hal. 1136
2
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya:
Usaha Nasional,1983) hal. 34
3
Tim Penyusun Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) hal.950
4
I.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak, Proses Belajar Mengajar (
Bandung: Tarsito, 1989) hal. 50
5
Nana Sudjana,CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Sinar Baru, 1989) hal.5
6
Abd. Rahman Saleh, Didaktik PAI (Jakarta: Bulan Bintang,1975)
hal.19
7Sardiman.
AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta, Raja
Grafindo, Persada, 1996) hal.123
8
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Rosda
Karya, 2001) hal.138
9
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Bandung: Jemmars,
1986) hal. 79-80.
10
Imam Barnadib, Dasar-Dasar Pendidikan Perbandingan
(Yogyakarta: Institut Press, IKIP Yogyakarta, 1988) hal. 29-30
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Menurut Pendekatan
Praktis (Jakarta, Rineka Cipta, 1991) hal. 90
12
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan UGM,1989) hal. 136
13
Suharsimi, op.cit. hal.
14
Sutrisno Hadi, op. cit., hal. 136
15
Ibid, hal. 193
16
Kuntjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:
Gramedia, Pustaka Utama, 1997) hal. 129
17
Suharsimi, op.cit., hal. 124
18
Kunctaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:
Gramedia,1990) hal.173
19
Sutrisna Hadi, op. cit., hal. 42
20
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta:
Rajawali, 1996) hal. 40
21
Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1993) hal. 114
22
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1996)
hal. 92
23
A. Tabrani R., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Rosdakarya,1994) hal.121
24
Ibid, hal 127
25
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1996)
hal. 150
26
Nico Syakur, Pengalaman dan Motivasi Beragama ( Yogyakarta,
Kanisius, 1988) hal. 72
27
Ibid, 73
28
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta, Rajawali,
1990) hal. 253
29
I. L. Pasaribu, op. cit.,hal. 76
30
Sardiman, AM., op.cit., hal. 142
31
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
(Jakarta, Bina Aksara, 1988) hal. 100
32
Moh. Zein, Metodologi Pengajaran Agama ( Yogyakarta: AK.
Group, 1995) hal. 57
33PT
IAIN, Metode Khusus PAI , hal. 206-207
34
Nana Sudjana, CBSA (Bandung: Sinar Baru, 1989) hal. 34-35
35
A. Tabrani,, op. cit. , hal 121
36
Sardiman, AM.,op. cit., hal. 92-94
37
Internet, situs www.geogle.net. Com.
38
Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar
(Jakarta: Raja Graffindo Persada, 1996) hal. 123
39
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983) hal. 34
40
Nana Sudjana, op. cit., hal. 15
41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Rosda Karya,
1995) hal.252
42
Muhaimin, dkk., op. cit., hal. 79
43
Depag RI, Pedoman Evaluasi PAI pada Sekolah Umum di SD,
SLTP, dan SLTA (Jakarta, Bimbaga Islam) hal. 7
44
Ibid, hal. 9-12
45
Ibid, hal. 8
46
Muhaimin, dkk., op.cit., hal. 156
47
Dokumen dan wawancara dengan guru agama Islam pada tanggal 15 Maret
2004
48
Wawancara dengan guru agama Islam pada tanggal 5 Maret 2004
49
Di ambil dari data siswa SLTPN 3 Kuningan tahun ajaran 2002/ 2003
50
Ibid
51
Observasi pada tanggal 18 desember 2003
52
Wawancara dengan guru agama pada tanggal 15 Maret 2004
53
Wawancara dengan guru agama pada tanggal 12 Maret 2004
54
Ibid
55
Wawancara dengan guru agama Islam pada tanggal 15 Maret 2004
56
Hasil Observasi pada tanggal 04 Desember 2003
57
Wawancara dengan wakil Kepala sekolah pada tanggal 17 desember 2003
58
Ibid
59
Dokumentasi pengembangan SLTPN 3 Kuningan Jawa Barat
60
Dokumentasi dan wawancara dengan kepala TU tanggal 19 Desember 2003
61
Ibid
62
Dokumentasi dan wawancara dengan Kepala TU pada tanggal 20 Desember
2003